Jika semua yang lain mengutuk bom granat di Aceh, menurut saya malah aneh! Bukankah memang itu yang diinginkan oleh masyarakat Aceh? Keributan dan huru hara serta kekacauan adalah yang menjadi mimpi orang Aceh, kan?!
Selamat, ya!
Tidak suka dengan ucapan selamat dari saya? Marah? Aneh sekali jika tidak suka dan marah. Jika memang itu yang diinginkan dan dimimpikan, kenapa harus marah dan tidak suka? Untuk apa saling tuding dan mengutuk? Sudah seperti benar saja tidak suka dengan hadiah terindah itu. Kalau memang suka, yaa terimalah dengan suka cita. Bersyukurlah karena itu adalah yang terindah yang dapat diterima.
Pak Kapolda juga seharusnya tidak perlu pusing. Biarkan saja Pak! Lebih baik, bapak ucapkan selamat saja! Kalau perlu ditambahkan biar masyarakat Aceh tambah gembira lagi!
Orang Aceh memang berbeda dari kebanyakan orang lain di dunia ini. Kalau yang lain lebih suka damai dan hidup tenang, orang Aceh lebih senang rebut, berantem, saling baku hantam,
saling mengejek, dan saling menjatuhkan.
Orang Aceh memang berbeda dari kebanyakan orang lain di dunia ini. Kalau yang lain lebih suka damai dan hidup tenang, orang Aceh lebih senang rebut, berantem, saling baku hantam,
saling mengejek, dan saling menjatuhkan.
Dengan sahabat saja orang Aceh bisa menusuk dari samping dan menginjaknya ke bawah. Saudara satu indatoe?! Wah, itu apalagi! Haram sudah bagi orang Aceh untuk saling menyapa, menyentuh, dan berangkulan. Makanya, orang Aceh selalu terpecah belah. Mana mungkin bisa bersatu dan berdamai?!
Buktinya, MOU Helsinsky yang sudah disepakati bersama, lewat proses yang sangat panjang itu pun dilupakan begitu saja. Bagi orang Aceh, barangkali itu hanya catatan di masa lalu yang tidak perlu lagi diingat. Kalau bias dirobek-robek dan dibuang, dengan senang hatilah orang Aceh mau melakukannya.
Damai itu petaka, kok, tapi untuk orang Aceh!
Lihat saja soal Pilkada yang sedang serius terus dijalankan di Aceh. Sudah keputusan MK, Pilkada itu diteruskan. Mendagri juga sepakat untuk mengikuti apa yang sudah diterapkan MK itu. Banyak kan yang bergembira?! Soalnya, kesempatan untuk berkuasa dan tetap berkuasa jadi semakin besar. Jadi, tidak penting lagi urusan regulasinya. Itu bagaimana nanti, kok!
Memangnya dipikirkan?! Han ek kupike! Mana ada lagi orang Aceh yang peduli dan berpikir sehebat Hasan Tiro? Wali Nanggroe yang jenius itu pun hanya sekedar gelar dan tidak perlu dihormati dan dihargai! Lagipula, beliau sudah tidak ada! Yang ada di Aceh sekarang ini adalah orang-orang yang lebih hebat dari beliau! Mereka mau memeras keringat dan mengucurkan darah mereka, untuk kepentingan pribadi dan kekuasaan mereka sendiri
tentunya.
tentunya.
Kepentingan yang lain dan orang banyak?! Ke laut saja deh! Itu cuma sekedar ucapan di mulut! Wah, sudah tak perlu kaget juga bila kemudian yang disalahkan adalah orang di luar Aceh dan di Jakarta. Memang begitulah orang Aceh! Mereka selalu benar, yang lain itu salah! Orang luar dan terutama Jakarta memang bisa jadi perampok, tapi yang dirampok pun mau, kok! Malah asyik bersekongkol dan berhitung berapa besar bagi-baginya. Enaklah, ya! Dapat duit tapi bisa cuci tangan! Biar saja orang luar dan Jakarta yang terus bersalah.
Harga diri?! Wow! Itu nomor satu untuk orang Aceh! Jangan salah! Harga diri dan martabat orang Aceh itu ada pada seberapa banyak uang di dompet dan pundi-pundi mereka. Seberapa banyak emas yang dipakai dan disimpan. Seberapa mewah rumah, mobil, dan segala aksesoris tampilan mereka. Nah, yang paling banyak dan mewah, itulah yang dianggap bermartabat dan terhormat.
Jika ada yang bilang Aceh itu Serambi Mekkah, itu memang betul. Siapa yang bisa memungkirinya? Tapi, itu hanya sebutan saja di masa lalu. Dulu, banyak ulama hebat dan termahsyur ke seluruh dunia, yang berasal dari Aceh. Kalau sekarang, untuk bisa mendapat kehormatan di Aceh sendiri pun susah! Orang Aceh lebih percaya dan tunduk dengan orang asing, orang di luar Acehlah! Mana ada yang percaya kalau orang Aceh ada yang hebat?! Salah kalau sampai percaya!
Sudah, ah! Sekali lagi, saya ucapakan selamat, ya, untuk seluruh masyarakat Aceh! Selamat menikmati bom granatnya! Jangan lupa bersyukur, itu adalah hadiah terindah kalian!
Salam hangat penuh cinta selalu!
Penulis : Helmi AB
+ komentar + 1 komentar
bung..
Seandainya bangsa aceh tidak di jajah dan di sabotase oleh pemerintah hindia belanda lebih di kenal sekarang NKRI.. tidak beginilah nasib bangsa aceh..