Headlines News :

Profile Amadeus Suropati

Written By News and Fun on Saturday 31 March 2012 | 03:45


Amadeus Suropati
SIAP MEMBELA 'GARUDA Di DADAKU MERAH PUTIH'

Namanya, mungkin terkenal - atau bahkan belum familier. Namun, ambisinya selangit untuk bisa masuk skuad tim nasional Indonesia. Usianya pun masih usia yang sedang meroket memapaki puncak karirnya, 24 tahun. Pemain ini dibesarkan di sekitar pantai Kuta - Denpasar.

Pulau Dewata tidak pernah berhenti menelorkan pemain berbakat, dan tentunya pemain nasional, sejak jaman I Wayan Diana, Rae Bawa (Niac Mitra), kemudian ada I Gede Putu Yasa (Persebaya), kemudian nongol lagi I Made Pasek Wijaya (Pelita Jaya). Maka, jika nantinya nongol asli anak Bali, berwajah indo - maka - pasti namanya Amadeus Suropati.

Cocomeo News beruntung dicambangi Amadeus untuk berlama-lama di markas 'sepak bola nasional filial' milik CN. Dengan hidangan nasi padang 'sederhana' di kawasan Rawamangun, Jakarta - anak pertama dari perkawinan Sukamanto (Indonsia) dan Genevieve McKenzie (Australia), ternyata membawa banyak mimpi sejak menemukan permainan bola kaki di usia 12 tahun saat kelas 6 SD Tuban, Denpasar.

Adalah Herman Mallato, mantan pemain PSM Makassar angkatan Ronny Patinasarany dan Samsudin Umar, yang kebetulan tinggal di sebelah rumahnya di kawasan Perumahan Kuta Permai, Kuta. Dari Herman inilah, Deus, panggilan akrabnya bermai bola dari lapangan yang ada di sekitar kuta, hingga bermain di bibir pantai terindah di Indonesia ini.

"Dari sini impian sejak mulai nendang bola, sangat ingin jadi pemain bola profesional yg bagus dan suksessa. Dan, tentunya puncak dari karir saya tertulis nama saya sebagai salah satu anggotai tentu timnas bisa ikut piala dunia," tutur Deus, yang hobi mengumpulkan parfum merk Giorgio Armarni.

SEDIH MELIHAT BOLA INDONESIA
Hanya saja, impian Deus sepertinya akan menjalani 'batu terjal', mengingat kondisi sepak bola Indonesia sedang terbelah-belah, seperti tidak bertuan. "Saya sudah dua musim bermain di Australia, ingin kembali ke Indonesia. Saya sudah merasa terasah main di Aussie, namun saat akan memilih justru sangat pusing," tegasnya.

Sejak 2008, Deus Hijrah dari Indonesia, setelah tidak mendapat kesempatan tampil di Indonesia Super League bersama Deltras, yang saat itu dilatih Abdul Rahman Ibrahim, asal Malaysia. "Saya tidak mengerti, pengapa saya jarang menjadi starter," lanjutnya.

Namun, jujur kata Deus - kondisi sepak bola Indonesia saat itu, memang jauh dari profesional, baik dari sikap mental, skill sampai masalah non-teknis, misalnya mess pemain sangat kumuh seperti kandang ayam. "Entah setelah dua musim terakhir ini, saya tidak tahu perkembangan bola di Indonesia, selain dari televisi - stearming," kata Deus, yang fanatik makanan nasi goreng dan nasi padang.

Bahkan, cara pelatih memberi porsi latihan pun, sepertinya tidak profesional. Menurut Deus, yang pernah bermain di Torino - Italia selama 6 bulan - saat berusai 16 tahun. "Kalau kita dilatih fisik, seharusnya tidak bisa full fisik saja. Tapi, saat dilatih fisik, selalu harus ada bola di sekitar kaki kita, sehingga - semuanya ikut ditempa, fisik dapat, skill kontrol bola dapat dan insting terlatih," tambahnya.

Penggemar berat film laga sekaligus aktor idolanya, Arnold Schwarzenegger menjelaskan, bahwa dua musim di Australia, cara-cara bermain bola dari sejak ditempat dari kecil, ternyata sangat bermanfaat dalam kompetisi. Di liga Australia, pemain harus memiliki skill, tehnik, visi bermain dan dasar-dasar bola yang benar, sangat pisikal yang mampu bertahan. "Di Australia, jika tidak bermain keras dengan phisik yang bagus, pasti sulit menjadi starter," tegasnya.

Bukan mau meremehkan Bambang Pamungkas, namun ketika striker tim nasional Indonesia ini di tes untuk klub Wellington Phonix (peserta A League - Superliga), ternyata dinilai gagal untuk bisa menjadi pemain di klub tersebut. Karena, metode, sistem dan kompestisinya sudah berkiblat ke liga-liga di Eropa

Jika ada yang otodidak, menurut versi Deus - walaupun tidak ditempat ilmu sepak bola moderen, namun mampu bisa ikut bermain di level tertinggi, menurut Deus dari pengamatan selama ini, hanya Boaz Sollosa dan Andik Vermansyah.

"Saya tidak heran, kalau saya langsung bisa terjun langsung ke ISL musim 2008, tanpa harus melewati jenjang kompetisi dari Divisi I, 2 dan 3. Padahal, setiap pemain harusnya bisa melewati jenjang tersebut,agar bisa mengasah mental bertanding," kata penggemar musik NR& B dan HipHop itu.

PRIORITAS Di JAKARTA
Ditanya tentang masa depan karirnya agar bisa masuk dalam skuad tim nasional Indonesia, Amadeus menjelaskan, bahwa dirinya sebetulnya punya misi prioritas bisa bergabung dengan klub ibukota Jakarta. Karena, dari pengalaman mengenal bola, klub ibukota selalu memiliki daya tarik tersendiri, sekaligus memiliki suporter yang unik, antik dan militan.

Sampai hari ini, Amadeus hanya membutuhkan kepastian, siapa saja yang tertarik dengan dirinya. Daniel Roekito, pelatih Persisam Samarinda sudah terkesan dan siap merekrut, agar bia diduetkan dengan Cristian Gonzales. "Saya beruntung jika bisa duet dengan Gonzales," kata deus.

Namun, klub abal-abal Jakarta FC yang ditukangi Jaya Hartono, juga sudah berdialog dengan Deus untuk bisa bergabung ke kancah kompetisi Indonesia Primer League. Hanya saja, Deus juga belum dikabari lagi, apakah jadi Jakarta FC 1928 itu naksir Amadeus.

Sedangkan, Pelita Jaya setelah Deus bertemu Iman Arif Rabu 11 Januari ini, sudah diberi kesempatan untuk seminggu ke depan bisa memutuskan siapa atau tidak bermain untuk klub milik Nirwan Bakrie tersebut. "Saya diminta menunggu Rahmad Darmawan yang siap dikontrak, dan kemudian saya diberi kesempatan untuk mempertontonkan skill saya di depan RD," tambah Deus.

Prinsipnya Deus sebetulnya sangat bagus. "Saya ingin bisa mempengaruhi sebuah tim yang saya perkuat. Kalau saya datang dan bermain untuk klub, tapi tidak punya pengaruh buat apa? Saya ingin seperti Gabriel Batistuta, Adrian Mutu atau Cristian Ronaldo yang langsung bisa membius formasi permainan, ketika masuk dalam skuad inti," demikian misi dan visinya bergabung dalam sebuah klub.

Mungkin, jika dibayangkan CN, bahwa Amadeus itu ingin menjadi pelukis ketimbang menjadi tukang. Karena, kalau melukis, berarti Deus bisa mewarnai sebuah kanvas (formasi dan taktik tim). Sedangkan, kalau menjadi tukan, berarti hanya seperti seorang robot.

Pengalaman Deus yang paling berkesan dalam dua musim terakhir di kancah Divisi Satu Australia, adalah mampu bermain di semua lini di depan, striker, sayap kiri, sayap kanan maupun sebagai playmaker, dengan hasil yang luar biasa dalam perjalanan karirinya.

Yaitu, mampu membawa klubnya juara dan promosi ke Divisi Utama, dengan Forrestfield United (WA State League), dengan mencetak 10 gol serta 17 assist, dalam 22 pertandingan dalam musim lalu. Modal inilah yang ingin diberikan kepada penggemar sepak bola di Tanah Air.

"Jika dua musim lalu, saya dianggap tidak pantas bermain bersama Deltras Sidoarjo, maka dua musim terakhir saya buktikan di Australia, bahwa saya siap secara mental dan fisik untuk bermain di kompetisi Indonesia," tegasnya.

Sebelum ada keputusan pribadi Amadeus Suropati, untuk bergabung bersama klub di Indonesia. CN mencoba memberi gambaran kepada Deus, bahwa kalau boleh memilih - siapa saja partner Deus dalam angan-angannya di Indonesia. Maka pilihan Amadeus melihat formasi tim pilihan dirinya adalah sebagai beikut.

Di bawah mistar, Deus memilih Ferry Rotinsulu. Di belakang, pilihannya Supardi Nasir, Ricardo Salampessy, Hamka Hamzah dan bek kiri M. Nasuha. Sedangkan, Firman Utina paling pas sebagai pemain jangkar, dibantu oleh M. Ridwan dan dirinya sendiri sebagai playmaker. Kalau saya disuruh memilih posisi maka saya suka playmaker," kata Deus.

Di barisan depan, pilihan Deus jatuh pada Cristian Gonzales, Boaz Sollosa dan Ferdinand Sinaga. Jika tim ini bisa, Deus merasa bisa berpindah-pindah posisi, Ferdinand Sinaga bisa wing kiri, dan Deus sebagai wing kanan. Tergantung siapa yang akan dihadapinya.

Asyik juga ternyata ngobrol ngalor-ngidul, dengan anak indo peranakan Jawa-Australia, yang sebetulnya lebih sebagai seorang seniman, ketimbang pemain bola. Maklum, bapaknya Deus, Sukamanto atau lebih akrab dipanggil Manto itu adalah gitaris musik aliran rock, dalam grup band Harley Angels di sekitar pantai Kuta. Namun, jejak abapknya, bisa diikuti oleh adik-adiknya, Khalil Senopati (23) atau Michaelangelo Anggapati (13).

Mudah-mudahan, ambisi, misi serta mimpi Amadeus Suropati bisa keturutan untuk bisa membela seragam 'Garuda Di dadaku, Merah-Putih Indonesia.' Anak Bali berwajah indo ini menunggu kabar, siapa yang siap menangkap talenta yang tersembunyi ini. Feeling CN, Amadeus bisa jadi icon baru, setelah Irfan Bachdim dan Diego Michiels.

CURRICULUM VITAE
AMADEUS SUROPATI

Height / Weight: 186 Cm / 85 Kg
Place/ Date of Birth: Bali, Dec 31st, 1985 Nationality: Indonesian
Educations/Qualifications:
2004 Canberra Institute of Technology
-Cert II in Hospitality
2010 Australian Institute of Fitness
-Cert III in Fitness
-Cert IV in Fitness
-Cert Master Trainer L1

AWARDS:
2001 Best Player of Academy U-17 International Summer Stage Tournament in Turin, Italy
2004 Top Scorer of ACT U-19 Premier League in Canberra, Australia (19 goals)
2010 Top Scorer Richmond Futsal Premier League in Melbourne, Australia (25 goals)
2010 Top Scorer Indonesian Student Soccer League Cup in Melbourne, Australia (10 goals)
2010 Champion Richmond Futsal Premier League in Melbourne, Australia
2011 Champion WA State League 1 in Perth, Australia

POSITIONS:
Right Winger/Attacking Midfielder/Wing Striker

EXPERIENCE:
Senior
2011 Forrestfield United (WA state league 1), Australia
*6 goals/12 games
2011 CN Canning International (WA state league 1), Australia
*4 goals/10 games
2010 Brunswick City (Victorian state league 2), Australia
*14 goals/18 games
2010 Brandon Park Sahagian (Victorian state league 3), Australia
*1 goal/4 games
2009 ISA Lions (Cosmoleague), Singapore
*9 goals/14 games
2008 Deltras Sidoarjo (Indonesia Super League)

Youth
2007 Porda Badung U-23 VIII, Bali
2007 Karang Demen (Persekaba Premier League), Bali
2006 Semilank (Persekaba Premier League), Bali
2005 Pesanku (Persekaba Premier League), Bali
2004 Canberra City U-19 (ACT U-19 Premier League), Australia
2003 PSIM U-18, Yogyakarta (National U-18 League), Yogyakarta
2002 Persekaba Badung U-16, Bali
2001 Gianni Oddone Academy, Italy
2000 SSB Guntur U-15, Bali


Share this post :
 
Design By : Nanggroe WEBdev Powered By e-berita.net