Persib Bandung yang merupakan salah satu kontestan Indonesia Super League (ISL), yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Klub yang berdiri sejak zaman kolinial belanda ini memiliki suporter yang fanatik yakni Viking dan bobotoh. Klub yang identik dengan warna kostum kebanggan berwarna biru dan berlogo macan ini memang menjadi salah satu tim kuat di Indonesia Super League.
http://i.okezone.com/content/2010/10/04/49/379042/lUrHVv53Hj.jpg
Sejarah Persib Bandung
Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R.Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.
Prestasi Persib Bandung
*1937 Juara Perserikatan
*1961 Juara Perserikatan
*1986 Juara Perserikatan
*1990 Juara Perserikatan
*1994 Juara Perserikatan
*1933 Runner Up Perserikatan
*1934 Runner Up Perserikatan
*1936 Runner Up Perserikatan
*1950 Runner Up Perserikatan
*1959 Runner Up Perserikatan
*1960 Runner Up Perserikatan
*1982 Runner Up Perserikatan
*1983 Runner Up Perserikatan
*1984/1985 Runner Up Perserikatan
*1991 Piala Persija
*2008 Piala Kang Dada
Internasional
*1995 Liga Champion Asia (babak perempat final)
Persib Bandung (Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung) adalah klub sepakbola yang berasal dan bermarkas di Kota Bandung Jawa Barat. Persib adalah tim Sepak Bola tertua di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini.
Persib didirikan pada 14 Maret 1933 pada masa penjajahan Belanda. Lahirnya Persib diawali dengan perjalanan yang cukup panjang. Awalnya adalah munculnya Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Selain sebagai tim sepakbola, kala itu BIVB juga menjadi organisasi perjuangan para pejuang kemerdekaan dulu. BIVB bersama bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) adalah bidan yang melahirkan PSSI pada 19 April 1930. Dimana satu tahun kemudian dimulailah kompetisi sepak bola antar kota atau perserikatan.
BIVB sempat menghilang dua tahun, dan kemudian muncul Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB) yang pada 14 Maret 1933 keduanya sepakat mendirikan Persib Bandung. Sejarah Persib sangat kental dengan perjuangan kemerdekaan, sempat vakum ketika masuknya Jepang ke Indonesia yang membredel semua organisasi dan perkumpulan termasuk tim sepak bola, namun akhirnya kembali muncul setelah Jepang angkat kaki. Situasi perang saat itu bahkan sempat membuat Persib pindah markas diantaranya ke Tasikmalaya, Sumedang dan bahkan Yogyakarta. Sebelum akhirnya kembali ke Bandung pada 1948.
Prestasi Persib Bandung di persepakbolaan Indonesia terbilang paling stabil diantara klub lainnya. Persib tidak pernah terdegradasi dan selalu berada di papan atas baik saat Kompetisi Galatama, Liga Indonesia maupun kini Indonesia Super League.
Persib Bandung mempunyai julukan Maung Bandung dan Pangeran Biru. Supporter fanatic Persib tidak hanya ada di bandung, tapi juga di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat, bahkan sudah menjadi hal yang bukan rahasia jika Persib menjadi tim kebanggan masyarakat Jawa Barat. Suporter Persib disebut Bobotoh. Adapun oraganisasi supporternya diantaranya Viking, Bomber, dsb. Persib sendiri kini bermarkas di Stadion Siliwangi Kota Bandung dan Stadion Si Jalak Harupat Soreang Kabupaten Bandung.
Prestasi Persib Bandung
Perserikatan
Juara (5): 1937, 1961, 1986, 1990, 1994
Runner-up (8) : 1933, 1934, 1936, 1950, 1959, 1960, 1982/1983, 1984/1985
Liga Indonesia
Juara (1): 1994/1995
Liga Super Indonesia
Peringkat 3 (1) : 2008-09
Piala (Cup)
Piala Persija : Juara (1): 1991
Piala Kang Dada : Juara (1): 2008
Internasional
Liga Champions Asia : Perempat Final (1): 1995