KELAS MASA DEPAN
Gambaran kelas masa depan disampaikan oleh Gary Flewelling dan William Higginson (2003). Menurut kedua ahli tersebut gambaran kelas masa depan yang berkaitan dengan pengertian disiplin/mata pelajaran/pokok bahasan, peran dan fungsi guru, peran siswa peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Mata pelajaran/Pokok bahasan
Mata pelajaran atau dalam lingkup yang lebih kecil adalah pokok bahasan pada hakikatnya merupakan pengalaman yang berbeda-beda bagi setiap siswa, berkembang sebagai cara berpikir (way of thinking), cara untuk berkomunikasi, baik antar siswa, antar guru, antara siswa dengan guru, cara untuk memandang dunia yang memiliki hubungan yang signifikan dengan seluruh aspek pengalaman manusia.
2. Guru
(i) Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan sosial.
(ii) Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan.
(iii) Menunjukkan keuntungan/manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan
(iv) Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil risiko (risk taking learner), dengan demikian guru berperan sebagai pemberi informasi (informer), fasilitator dan seorang artis.
3. Siswa
(i) Membangun pengetahuannya sendiri terkait pokok bahasan/mata pelajaran melalui proses eksplorasi, interaksi dan refleksi dan berpusat pada tugas pembelajaran yang kaya
(ii) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan bidang bahasan mata pelajaran, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, memecahkan masalah, pemikiran logis, pemikiran kreatif, teknologi, kemampuan mandiri dan salingketergantungan.
(iii) Menggunakan keterampilannya agar dapat bekerja secara efektif, penuh percaya diri, peka dan penuh kejujuran dalam situasi yang penuh tantangan baru, penuh kompleksitas dan kendala, perbedaan, bias, ketidaktentuan dan berbagai kerancuan.
(iv) Berperan sebagai individu yang mampu menyeleksi dan menggunakan secara bijaksana berbagai kaidah dan hukum keilmuan yang telah ada, memahami prinsip-prinsip dan pola yang melatarbelakangi berbagai hukum tersebut, menciptakan hukum-hukum baru agar bisa lebih efektif sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung, maka peran utama siswa adalah sebagai pengguna ilmu, penuntut ilmu dan pencipta ilmu (complier, cognizer and creator).
Berdasar paradigma mutakhir tentang Kelas Masa Depan di atas, maka jargon aktif, kreatif, efektif adalah conditio sine quanon (syarat mutlak) bagi berlangsungnya pembelajaran. Singkatnya, pembelajaran yang tidak memenuhi syarat aktif, kreatif dan efektif bukan pembelajaran namanya. Pada gilirannya pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif akan lebih menarik minat siswa, siswa merasakan manfaat dan guna belajar (meaningful learning) dan atmosfer pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) secara otomatis akan tercapai.
Apa yang pernah diteliti dan disampaikan oleh Vernon A. Magnesen (Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam The Learning Revolution, 1999) agaknya memperkuat esensi pembelajaran aktif, yakni bahwa kita belajar dari :
o 10% dari apa yang kita baca
o 20% dari apa yang kita dengar
o 30% dari apa yang kita lihat
o 50% dari apa yang kita lihat dan dengar
o 70% dari apa yang kita katakan
o 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan
Terlihat bahwa makin aktif kita makin banyak belajar pula kita. Dalam pada itu para ahli pembelajaran kontekstual mengatakan bahwa:” Siswa akan belajar baik jika secara aktif mengkonstruksikan pemahaman mereka sendiri” (CTL Academy Fellow, 1999).