MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
I. Grammar
Translation Method
Pada metode
Grammar (the Grammar Method) siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika
bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut
kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari.
Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada
penerapannya. Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini
mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa yang harus
dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit.
Metode
Translation (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan
penerjemahan teks yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari
bahasa sasaran ke bahasa ibu dan sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan
cara penerjemahan kata per kata maupun gagasan per gagasan termasuk
ungkapan-ungkapan idiomatic.
Perpaduan
dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the Grammar
Translation Method / GTM) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
- Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal.
- Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
- Penghafalan dan penerjemahan merupakan ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
- Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
- Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian
di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui
analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan
pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan
kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau
sebaliknya.
Ciri-ciri
GTM:
- menekankan ketepatan; siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi dalam penerjamahan.
- meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran dengan ketat dalam silabus.
- menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
Teknik-teknik
dalam Grammar Translation Method:
- Translation of a literary passage 6. Fill-in-the-blanks
- Reading comprehension questions 7. Memorization
- Antonyms/Synonyms 8. Use words in sentences
- Cognates 9. Composition
- Deductive application of rule
II. Direct
Method (DM)
Pengajaran
langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode ini
dianggap
tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing
yang
sedang
dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses
pembelajaran dengan DM, guru menyuruh siswa untuk membaca nyaring. Kemudian,
guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses
pembelajaran berlangsung, realia seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa
dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan.
Teknik-teknik
dalam Direct Method:
1. Reading
aloud
2. Question
and answer exercise
3. Getting
students to self-correct
4. Conversation
practice
5.
Fill-in-the-blanks
6. Dictation
7. Map
drawing
8. Paragraph
writing
III. The
Audio-Lingual Method
Istilah
audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun
1964.
Metode ini
menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam
pembelajaran
bahasa asing
dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya
sebuah kiat
ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan
dan
prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan
Aural-Oral, dan psikologi
Behavioristik.
Dasar
pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah
sebagai
berikut:
- Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
- Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
- Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
- Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
- Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards
& Rodgers (1986;51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip
pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan
penerapannya sebagai berikut:
- Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan yang mekanistik
- Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelumdilihat dalam bentuk tulis.
- Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah.
- Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards
& Rogers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan
pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan
(drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan
berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya
dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut
digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa
sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode
ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan
kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah:
repetition, inflection, relplacement, restatement, completion, transposition,
expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan
restoration.
PROSEDUR
PEMBELAJARANMENGGUNAKAN
ALM:
Kegiatan
Guru
1.Menjadi
model pada semua tahapan pembelajaran.
2.Menggunakan
bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
3.Melatih
ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu.
4.Mengajarkan
struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui
penjelasan.
5.Memberikan
bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai
siswa.
6.Meminimalkan
pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai.
7.Mengajarkan
kosakata dalam konteks.
Kegiatan
Siswa
1
Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi
struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris
percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan
siswa tidak melihat buku.
2. Mengganti
dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
3. Berlatih
struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara
individual.
4. Mengacu
ke buku teks dan menindaklanjuti
dengan
kegiatan membaca, menulis atau kosakata yang berdasarkan percakapan yang ada,
menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.
.
Teknik-teknik
pengajaran dalam ALM (Audio-Lingual Method):
- Dialog Memorization 7. Transformation Drill
- Backward Build-up (expansion) Drill 8. Question-and-Answer Drill
- Repetition Drill 9. Use of Minimal Pairs
- Chain Drill 10.Complete the Dialog
- Single-slot Substitution Drill 11.Grammar Game
- Multiple-slot Substitution Drill
IV. THE
SILENT WAY
Ahli-ahli
psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar
bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat
menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka
berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan
berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses
pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi dengan vocal
konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru
hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk
melafalkan sampai benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam
diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.
Teknik-teknik
The Silent Way:
- Sound-Color Chart 6. Word Chart
- Teacher’s Silence 7. Fidel Chart
- Peer Correction 8. Structured Feedback
- Rods
- Self-Correction Gestures
V.
SUGGESTOPEDIA
Georgi
Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi.
Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan
pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran
suggestopedia, kendala psikologi pebelajar dapat diatasi..
Dalam
mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah
lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang
berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam
bahasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajar kalau nereka tidak perlu
berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru
memutar musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara
menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang
materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka bermain
peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Guru tidak
memberi pekerjaan rumah.
Teknik-teknik
dalam Suggestopedia:
- Classroom Set-up 6. Role-Play
- Peripheral Learning 7. First Concert
- Positive Suggestion 8. Second Concert
- Visualization 9. Primary Activation
- Choose a New Identity 10.Secondary Activation
VI.
COMMUNITY LANGUAGE LEARNING
Metode ini
mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan
perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut
Curran (1986:89) siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan
memahami prasaan ketakutan dan sensitif siswa guru dapat menghilangkan perasaan
negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.
Kursi
disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di
atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru mnyuruh siswa membuat
dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru membantu.
Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk
transkrip dalam bahasa Inggrisdan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah
kebahasaan didiskusikan.
Teknik-teknik
Community Language Learning:
- Tape-recording Student Conversation 4. Reflective Listening
- Transcription 5. Human Computer
- Reflection on Experience 6. Small Group Tasks
VII. THE
TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD
Metode ini
juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada
pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran
bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada
hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi
mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat
menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara.
Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural
Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan
guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses
pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan
menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir
sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa
mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan
seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb.
Teknik-teknik
dalam the Total Physical Response Method:
- Using Commands to Direct Method
- Role Reversal
- Action sequence
- VIII. THE COMMUNICATIVE APPROACH (Communicative Language Teaching)
Mumbly
(1978) menyebut Pendekatan Komunikatif sebagai ‘Communicative Syllabus’.
Widdowson menyebutnya
sebagai ‘Communicative Approach’, sedangkan Richards & Rogers
menyebutnya
‘Communicative Language Teaching’ (CLT). Istilah-istilah seperti Notionol-
Functional
Approach atau Functional Approach.
Communicative
Aproach/ CA (Communicative Language Teaching) berasal dari perubahan
pada tradisi
pengajaran bahasa di Inggris pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas
oleh:
- Kegagalan Audio Lingual Method yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau baha ysa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi yang bermakna.
- Pandangan Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai ciri dasar sebuah
bahasa.
CA bertujuan
untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence) sebagai
tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur
pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung
antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi Komunikatif mencakup kompetensi
gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa
(communicative language ability) meliputi pengetahuan atau kompetensi dan
kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam penggunaan bahasa yang
komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa
pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa
makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem
kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantik). Fokus
metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan
metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui pertisipasi
pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif.
Di bawah ini
adalah perbandingan antara Audio Lingual Method dan Communicative Approach:
Audio
Lingual Method
Communicative
Approach
- Lebih
memperhatikan struktur dan bentuk daripada makna.
|
- Makna
adalah yang utama
|
- Menuntut
penghafalan dialog yang berisi struktur-struktur tertentu.
|
- Jika dialog
digunakan, maka difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal.
|
-
Butir-butir bahasa tidak harus kontekstual
|
-
Kontekstualisasi menjadi premis dasar.
|
-
Pembelajaran bahasa adalah pembelajaran struktur, bunyi, dan kosakata.
|
- Belajar
bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi.
|
-
Penguasaan atau overlearning menjadi tujuan.
|
-
Komunikasi efektif menjadi tujuan.
|
- Drilling
menjadi teknik utama pengajaran.
|
- Driling
dapat dilakukan tetapi tidak menjadi yang utama dalam pembelajaran.
|
- Pelafalan
seperti penutur asli menjadi tujuan.
|
-
Pelafalan yang dapat dipahami menjadi tujuan
|
-
Penjelasan tentang gramatika dihindari.
|
- Asalkan
membantu pebelajar cara atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi
berdasarkan umur, minat, motivasi pebelajar, dll.
|
- Kegiatan
komunikatif dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan.
|
- Usaha
pebelajar untuk berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran.
|
-
Penggunaan bahasa ibu dihindari.
|
- Jika
diperlukan penggunaan bahasa ibu pebelajar dibenarkan.
|
-
Penerjemahan dihindari pada tingkat-tingkat awal.
|
-
Penerjemahan dapat dilakukan bila pebelajar mendapatkan manfaat dari
pelaksanaannya.
|
- Membaca
dan menulis ditunda sampai ketrampilan berbicara dikuasai.
|
- Membaca
dan menulis dapat dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki.
|
- Sistem
bahasa sasaran dipelajari melalui pengajaran nyata tentang pola-pola system
bahasa tersebut.
|
- Sistem
bahasa sasaran paling baik dipelajari melalui proses usaha untuk
berkomunikasi.
|
-
Kompetensi bahasa menjadi tujuan yang ingin dicapai.
|
-
Kompetensi komunikatif menjadi tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan
untuk menggunakan system bahasa secara efektif dan efisien.
|
-
Variasi-variasi bahasa ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar.
|
- Variasi
bahasa menjadi konsep utama di dalam bahan dan metode yang dipakai.
|
- Urutan
penyajian unit-unit pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada
prinsip-prinsip kerumitan bahasa.
|
- Urutan
penyajian unit-unit ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan
makna yang dapat tetap menjaga minat pebelajar.
|
- Guru
mengawasi siswa dan menjaga agar mereka tidak melakukan kegiatan yang
bertentangan dengan teori pembelajaran.
|
- Guru
membantu pebelajar dengan berbagai cara yang dapat memberi motivasi kepada
mereka dalam belajar bahasa.
|
- Bahasa
itu adalah kebiasaan, sehingga kesalahan harus dihindari sama sekali.
|
- Bahasa
diperoleh oleh seseorang sering melalui ‘trial and error’.
|
-
Ketepatan penggunaan bahasa formal menjadi tujuan utama.
|
- Kefasihan
dan bahasa yang dapat diterima merupakan tujuan pembelajaran.
|
- Siswa
diharapkan berinteraksi dengan system bahasa.
|
- Siswa
diharapkan berinteraksi dengan orang lain.
|
- Guru
harus menyatakan bahasa yang harus digunakan oleh siswa.
|
- Guru
tidak dapat mengetahui bahasa yang akan digunakan oleh siswa.
|
- Motivasi
intrinsic akan timbul dari munculnya minat pada struktur bahasa sasaran.
|
- Motivasi
intrinsic akan timbul dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan oleh
bahasa sasaran.
|