Guardiola, Sang Penoreh Tinta Emas Catalunya
SORE itu, ruangan konferensi pers di Stadion Camp Nou, Barcelona, penuh
sesak oleh sejumlah pemain, manajemen klub, dan wartawan. Puluhan kamera
foto dan video sudah berdiri tegap di barisan
belakang kursi di ujung ruangan. Ratusan juta pasang pecinta sepak bola
dunia pun tertegun menjaga asa, menunggu keputusan seorang pelatih
fenomenal bernama Josep Guardiola i Sala.
"Pep Guardiola tidak
akan melanjutkan perannya sebagai pelatih musim depan. Terima kasih
untuk pekerjaan dan cintamu," demikian yang diucapkan Presiden
Barcelona, Sandro Rosell, saat membuka jumpa pers tersebut.
Ucapan itu kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, melalui
jaringan televisi yang disaksikan ratusan pecinta sepak bola. Sejumlah
media internasional pun memuat pemberitaan tersebut di halaman depan
medianya masing-masing. Konferensi pers itulah yang kemudian menjadi
akhir perjalanan emas pelatih tersukses dalam sejarah Barcelona.
Sebutan perjalanan emas ini memang bukan tanpa alasan. Kurang lebih,
sepanjang empat tahun terakhir, pecinta sepak bola telah dihibur sebuah
klub dari planet lain, bernama Barcelona. Tak bisa dipungkiri, kisah
sukses itu tidak bisa dilepaskan dari peran Guardiola, yang sejak musim
2008/2009, telah menciptakan standar tinggi untuk dilawan klub mana pun
di dunia.
Real Madrid, Manchester United, Chelsea, Arsenal,
Inter Milan, AC Milan, hingga Bayern Muenchen pernah bertekuk lutut
merasakan kehebatan racikan tiki-taka Guardiola. Misinya hanya satu,
meraih prestasi dan kesuksesan bersama Barcelona dengan permainan indah
lewat olahraga bernama, sepak bola.
Darah Catalan
Lahir di
sebuah desa dekat kota Barcelona, bernama Santpedor, Catalonia, pada 18
Januari 1971, darah Catalan lekat mengalir dalam diri Guardiola.
Ayahnya, Valenti seorang tukang batu. Sedangkan Ibunya, Dolors Sala
pekerja rumahan. Seperti remaja pecinta sepak bola lainnya di Catalunya,
Guardiola pun bermimpi untuk menjadi pesepakbola terkenal di dunia.
Saat usianya menginjak 13 tahun, Guardiola memutuskan meninggalkan
kehangatan rumah orangtuanya, untuk berlatih di La Masia, tempat
pembinaan usia muda milik Barcelona, pada 1984. Enam tahun berselang,
mimpinya pun menjadi kenyataan. Johan Cruyff, yang saat itu menjadi
pelatih Barcelona melihat bakat luar biasa dalam diri Guardiola, ketika
bermain di sayap kanan tim Barca B.
Cruyff pun lantas
menginstruksikan pelatih tim muda, Charly Rexach untuk mengubah posisi
Guardiola ke sentral lapangan, sebagai gelandang bertahan. Karier Pep
terus berkembang. Pada 1992, ia kemudian masuk tim senior dan menjadi
bagian dari Dream Team racikan Cruyff yang banyak memenangkan banyak
gelar, termasuk Liga Champions pertama bagi Barcelona pada 1992.
11 tahun, Guardiola menghabiskan kariernya sebagai punggawa lapangan
tengah Barcelona. Bersama sejumlah pemain hebat lainnya, seperti
Ronaldo, Luis Figo, Hristo Stoichkov dan Michael Laudrup, ia sukses
memenangi enam gelar Liga BBVA, dua Piala Raja, dan Piala Super Eropa.
Meski Cruyff mundur dari jabatannya pada 1996, Guardiola tetap bertahan
dan bisa membawa Barcelona berada di level atas Eropa.
Pada 24
Juni 2001, Guardiola akhirnya memutuskan kariernya bersama Barcelona.
Laga melawan Celta Vigo adalah pertandingan terakhirnya sebagai pemain
di Liga BBVA. Selama 12 musim di tim utama, 263 laga dan enam gol serta
total 16 gelar telah ia persembahkan bagi Barcelona. Setelah itu, ia
kemudian berkelana ke sejumlah klub lain, seperti Brescia (2001), AS
Roma (2003), Al Ahli (2004), dan Dorados de Sinaloa (2006).
Tinta emas
Kecintaanya terhadap Barcelona, yang kemudian membuat Guardiola kembali
ke kampung halamannya. Pada 21 Juni 2007, ia kemudian ditunjuk sebagai
pelatih Barcelona B. Bersama asistennya Francecs Vilanova, ia sukses
mengangkat timnya tersebut dari Tercera Division ke Segunda B.
Pencapaian itu dinilai cukup luar biasa, karena itu merupakan karier
pertamanya sebagai pelatih.
Akhirnya, kesuksesan itu menjadi
awal torehan emas Guardiola di tim utama Barcelona. Ketika, Frank
Rijkaard gagal membawa Barcelona menuju kesuksesan pada 2007, kursi
pelatih pun dipercayakan kepada Guardiola. Meski sempat dirudung
anggapan pesimis dari sejumlah pendukung Blaugrana, Guardila tidak
gentar. Dengan kerja keras, ia pun bertekad membuktikan kepada dunia.
Sebelum musim 2008/2009 bergulir, Guardiola langsung memanggil Daniel
Alves, Seydou Keita, Martin Caceres, Gerard Pique, Alexander Helb.
Selain itu, tak lupa ia juga memanggil pemain muda jebolan La Masia,
seperti Sergio Busquets, Pedro Rodriguez, dan Jeffren Suarez. Ia juga
dinilai sejumlah pihak berani mengambil keputusan, karena membuang
pemain kelas dunia, seperti Ronaldinho, Deco, dan Samuel Eto'o.
Walhasil, perjudian itu berbuah manis. Di musim pertamanya, kesuksesan
mengampiri Guardiola. Tak tanggung-tanggung, enam gelar sekaligus
disabet di awal karier profesional Guardiola di Barcelona pada 2009.
Berkat raihan gelar Liga BBVA, Copa del Rey, Liga Champions, Piala Super
Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia antar Klub itulah ia meraih
delapan gelar individual tingkat dunia.
Semenjak tahun itu,
torehan catatan emas Guardiola pun berlanjut. Gelar demi gelar dan rekor
menghampiri Barcelona. Pada musim berikutnya, ia kembali sukses
mengantar Barcelona menjuarai Liga BBVA dengan rekor baru, yakni meraih
99 poin, yang merupakan poin tertinggi di Liga Spanyol. Sepanjang musim,
Lionel Messi dan kawan-kawan pun hanya satu kali menelan kekalahan.
Hanya Real Madrid, yang mampu menahan laju Barcelona di final Copa del
Rey, dalam enam turnamen yang diikuti pada tahun tersebut. Ketika itu,
Barcelona takluk 0-1 berkat gol Cristiano Ronaldo. Namun, di musim itu
prestasi Guardiola pun masih fantastis, karena mampu menyabet lima
gelar, diantaranya Liga BBVA, Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala
Super Spanyol, dan Piala Dunia antar Klub.
Tak hanya sampai
disitu, sejak mengarsiteki Barcelona, Guardiola juga mencatat rekor
dalam hal raihan kemenangan. Dengan rata-rata kemenangan 76,8 persen, ia
sukses memberikan 112 kemenangan dari total 146 laganya di Liga BBVA.
Meski kalah dari milik Cruyff yakni 183 kemenangan dari 306 laga, rekor
tersebut cukup luar biasa bagi seorang pelatih yang hanya menjalani
kariernya selama empat tahun dalam satu klub.
"Usai merebut
kemenangan atas Getafe, Guardiola menjadi pelatih kedua dengan
kemenangan terbanyak di Liga BBVA dalam sejarah FC Barcelona. Untuk
rata-rata kemenangan, poin itu jauh di atas Rijkaard dengan presentase
56,9 persen. Jadi, ini raihan terbaik bila dibandingkan pelatih
Barcelona mana pun sepanjang sejarah klub," demikian keterangan klub
mengenai prestasi Guardiola seperti dilansir situs resmi Barcelona.
Profil Lengkap Pep Guardiola
Written By News and Fun on Saturday, 28 April 2012 | 22:48
Label:
Football