Tak banyak yang tahu apa yang dibicarakan Bung Karno dan Monroe dalam perjamuan di Beverly Hills Hotel akhir Mei 1956 itu. Meski demikian, rumor tentang apa yang terjadi setelah pertemuan itu tetap saja santer.
Dalam Celebrity Secrets: Official Government Files on the Rich and Famous, Anthony Summers, seorang yang mempunyai otoritas menulis tentang Monroe, menyatakan, "Selama syuting Bus Stop, 1956, Marilyn bertemu dengan Presiden Indonesia, Achmed Sukarno.... Dia ingin memberitahu temannya Robert Slatzer bahwa ia dan Soekarno telah 'menghabiskan malam bersama'."
Dalam buku yang mengklaim berbasis data FBI itu, Summers mengungkapkan apapun yang terjadi pada pertemuan itu tidak ada yang berlalu tanpa diketahui oleh CIA, agen rahasia AS.
"Dalam tahun-tahun itu, Indonesia menjulang sebagaimana Vietnam dalam pantauan Washington sebagai prioritas di Asia," demikian tulis buku kara Nick Redfern dan Nicholas Redfern itu.
Buku ini juga mengungkapkan, pada 1957 dan 1958 sebuah rekaman menunjukkan CIA terlibat pada semua jenis kejahatan untuk mendongkel Soekarno, "Yang dipandang bertanggung jawab mengarahkan negaranya pada komunisme."
Meski demikian, masih menurut buku itu, ketika AS merasa butuh untuk menjilat Soekarno, CIA bermimpi untuk menggunakan seks dalam bentuk Marilyn Monroe. "Agar sang diktator merasa dihormati."
Menurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, dikutip dari buku Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe karangan Anthony Summer, ada pertemuan lanjutan antara Soekarno dan Monroe setelah malam itu.
"Ada upaya untuk membuat Soekarno terus bersama Monroe. Pertengahan 1958, saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang," ujar Joseph Smith di buku itu.
Soal kebenaran pernyataan Smith itu, sampai sekarang masih jadi misteri. Begitu juga soal kebenaran informasi Monroe dekat atau merupakan agen CIA.| sumber: merdeka.com