Photo: fimadani.com |
Dunia wanita memang menarik
untuk terus dikaji. Wanita adalah makhluk spesial yang Allah ciptakan
untuk menemani kaum adam agar tidak kesepian dalam menjalani kehidupan.
Karena kehidupan akan terasa begitu hampa jika tidak ada seseorang yang
spesial dalam hidup ini.
Wanita mempunyai peran yang
mulia dalam menciptakan generasi cerdas yang dapat mengambil tongkat
estafet dalam sebuah negara. Wanita yang mengandung, melahirkan, dan
mendidik anak-anak adalah peran utama nan mulia yang sepatutnya
dinikmati dan disyukuri bagi setiap kaum hawa. Wanita adalah penentu
kemajuan sebuah bangsa. Karena di tangan-tangan mereka terciptalah
pemimpin-pemimpin hebat yang mendunia.
Menjadi wanita berkualitas yang
dapat menghasilkan anak berkualitas tentunya harus dipersiapkan sejak
dini. Islam begitu menjunjung tinggi keberadaan seorang wanita.
Kemuliaan seorang wanita begitu tak ternilai harganya. Untuk menjaga
kemuliaan wanita, Islam memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi bagi
setiap pemeluknya.
Apa yang membedakan kue yang ada
di mall dengan dibungkus rapi dibandingkan kue-kue yang ada di pinggir
jalan? Tentunya, kue yang ada di dalam mall tersebut, harganya lebih
mahal dan tidak sembarang orang bisa memegangnya. Anda baru berhak
memegangnya ketika Anda telah membeli kue tersebut. Lain halnya dengan
kue-kue yang ada di pinggir jalan, terkena debu, dihinggapi lalat, dan
sembarang orang bisa memegangnya padahal belum tentu mereka membeli.
Itulah sedikit perumpamaan orang yang memakai jilbab dengan yang belum.
photo: mrsdelonika.blogspot.com |
Bukan berarti orang yang memakai
jilbab lebih mulia akhlaknya dibanding dengan yang belum berjilbab.
Tentunya perbaikan akan kualitas diri sebagai seorang muslimah menjadi
hal yang wajib bagi bagi setiap muslim. Paling tidak, pilihan mereka
untuk mengenakan jilbab adalah hal positif yang patut diberikan
apresiasi.
“Belum siap. Nanti aja kalo gue udah siap. Kayanya tuh hidayah belom dateng”
Hidayah. Apa yang dimaksud
dengan hidayah? Ingin sekali rasanya bertanya pada mereka, Sejauh mana
kalian memaknai kata hidayah? Hidayah itu tidak menunggu datang dengan
sendirinya bagaikan durian runtuh dari atas langit. Hidayah itu perlu
dicari. Ibarat kalian merasakan ada benda kesayangan kalian yang hilang,
pasti kalian akan berusaha keras untuk mencarinya. Seperti itulah
hidayah, sebuah petunjuk untuk semakin mendekatkan diri pada Yang Kuasa.
Lalu, yang menjadi pertanyaannya bagaimana mencari hidayah itu,
tentunya banyak cara yang bisa kalian pilih. Bergaul dengan mereka yang
mengerti akan makna jilbab. Perbanyak mengikuti diskusi-diskusi Islam
untuk meningkatkan rasa ingin tahu tentang agama yang bukan hanya
menjadi sebuah agama. Karena Islam adalah way of life yang sepatutnya
menjadi pedoman bagi setiap pemeluknya.
“Gue takut nanti pake jilbabnya setengah-setengah, pake jilbab tapi perilaku masih jelek gini, mending ngga usah kan?”
Tujuan menggunakan jilbab
sesungguhnya untuk menimbulkan rasa malu bagi setiap pemakainya. Jilbab
memiliki banyak tujuan, tak sekedar kain yang menutupi aurat kaum hawa,
bukan pula hanya sebagai identitas muslimah. Namun, jilbab juga menjadi
barometer sejauh mana penggunanya menjunjung tinggi rasa malu dalam
berbuat agar tak bosan untuk memperbaiki diri. Agar tak pernah merasa
puas dengan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya.
Ada juga yang menjawab seperti ini;
“Liat noh, si A make jilbab
kaya gini, kaya gitu, tapi perilaku masih jelek, bikin malu orang yang
pake jilbab aje. Mending gue ga pake jilbab tapi sikap gue ga kaya dia”
Fenomena yang begitu melekat
pada umat Islam saat ini adalah kita melihat dan meniru bukan pada
kemuliaan ajaran yang dibawakan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Kita melihat para pemeluknya. Setiap pemeluknya beraneka ragam. Ada yang
menjalankannya karena sudah menjadi trend, ada pula yang coba-coba,
ada pula yang menjalankannya karena sudah meyakini 100% bahwasanya
setiap rambu-rambu yang ada dalam Islam tak lain untuk kebaikan umatnya.
Tanpa membutuhkan pemikiran yang panjang, tanpa mesti mengalami galau
berkepanjangan, langsung menjalankannya dengan hati yang ikhlas untuk
menggapai ridha-Nya.
Bukan Islamnya yang salah,
kemugkinan pemeluknya yang belum memaknai betul mengapa sebuah hukum
dibuat secara detil dalam Islam. Jadi, jangan contoh pemeluknya, contoh
Islam yang tak ada keraguan didalamnya. Karena pemahaman setiap orang
berbeda dalam menjalankannya. Yang terpenting lihatlah siapa yang
menurunkan perintah untuk mengenakan jilbab, karena Dia begitu sempurna
dalam menciptakan rambu-rambu cinta untuk hamba yang mencintai-Nya.
Memperbaiki diri adalah hal
wajib yang mesti kita lakukan sebagai seorang muslimah. Jangan merasa
jika sudah berjilbab, tidak perlu adanya perbaikan diri. Tingkatkanlah
rasa malu, tingkatkanlah pula rasa ingin tahu sebagai seorang muslimah
untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Dan, bagi yang belum semoga
senantiasa semangat dalam mencari hidayah-Nya.
Jangan ragu untuk bertanya kepada orang disekitar anda. Jika anda menemukan kejanggalan kepada mereka yang mengenakan jilbab, bicarakanlah berdua dengan baik-baik. Jangan menegurnya di depan khalayak ramah. Mari berlomba-lomba untuk mengharumkan nama Islam, agar mereka tak salah dalam menilai agama kita yang mulia ini. Berikanlah contoh, jadilah panutan yang baik. Ajak yang lain untuk terus melakukan kebaikan. Semoga dengan mengenakan jilbab, Allah ridha memasukkan kita ke dalam Syurga-Nya. Wallahua’lam bisshawwab...
Jangan ragu untuk bertanya kepada orang disekitar anda. Jika anda menemukan kejanggalan kepada mereka yang mengenakan jilbab, bicarakanlah berdua dengan baik-baik. Jangan menegurnya di depan khalayak ramah. Mari berlomba-lomba untuk mengharumkan nama Islam, agar mereka tak salah dalam menilai agama kita yang mulia ini. Berikanlah contoh, jadilah panutan yang baik. Ajak yang lain untuk terus melakukan kebaikan. Semoga dengan mengenakan jilbab, Allah ridha memasukkan kita ke dalam Syurga-Nya. Wallahua’lam bisshawwab...
Oleh: Ayyash Ibnu Sofian, Jakarta | Kutipan Fimadani.com