“Kami berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa memberikan jadwal pasti mengenai pelantikan gubernur Aceh agar program-program pembangunan dapat dipercepat,” ujar Sekretaris Asosiasi Kontraktor Kontruksi Indonesia (Aksindo) Aceh Samsul B Ibrahim, Selasa (22/5).
“Soalnya kita benar-benar risau terkait dengan fenomena kontraktor nakal di Aceh. Mereka seperti virus yang bisa menggerogoti pembangunan fisik di Aceh. Karenanya kami ingin pelantikan gubernur dapat dipercepat sehingga kita berharap gubernur baru bisa menyelesaikan persoalan tersebut,” sambungnya lagi.
Fakta dan fenomena kontraktor nakal di Aceh memang bukan barang baru lagi. Hal itu sudah menjadi masalah klasik, dimana terus terjadi bertahun-tahun. Sayangnya tak banyak asosiasi kontruksi di Aceh yang komitmen membuka tabir mafia kontruksi ini secara berkelanjutan.
Aksindo sendiri sebut Samsul sudah berulang kali mengingatkan Pemerintah Aceh, khususnya pemerintahan era Irwandi Yusuf-M Nazar yang mana kala itu proyek pembangunan fisik sedang membludak. Sejalan dengan banyaknya proyek fisik tersebut, baik panitia pengadaan maupun pelaksananya acap kali mengenyampingkan aspek-aspek profesionalitas. Banyak pihak mencari keuntungan pribadi dengan mengurangi kualitas realisasi pembangunan fisik itu sendiri.
Ironisnya, praktek mafia yang sudah menjadi rahasia umum ini terkesan dibiarkan oleh pemerintah kala itu. Padahal pihaknya telah meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi pelaksana proyek, hingga upaya pemberian shock teraphy dalam bentuk
memasukkannya dalam daftar hitam (black list). “Mungkin waktu itu pemerintah kita takut melakukan black list karena alasan tertentu yang tidak rasional. Ya bisa jadi juga tersikut dengan proyek-proyek itu,” jelas Samsul sambil tersenyum.
Untuk itu pihaknya memberikan harapan besar agar pada periode pemerintahan 2012-2017, upaya menciptakan bisnis dunia kontruksi yang sehat dapat dikedepankan.
Di satu sisi, Samsul meyakini duet Zaini-Muzakkir memberikan satu keyakinan baru untuk mengentaskan persoalan tersebut. Sosok Zaini dilihat sebagai tokoh Aceh yang sudah mengecap asam dan garam di luar negeri yang notabene menerapkan asas-asas profesionalitas dalam pengerjaan proyek fisik. Dia berharap Zaini bisa menerapkan pengalamannya untuk perbaikan sektor pembangunan fisik.
“Jadi saya kira nggak perlu harus melakukan kunjungan kerja ke luar negeri lagi untuk menangani kontraktor nakal ini. Beliau kan sudah lama di luar negeri. Sudah faham benar bagaimana mensiasatinya,” tandas Samsul.
“Ya kalau tadi saya bilang kontraktor nakal ini ibarat virus jahat, saya fikir Tengku Zaini sebagai dokter pasti mampu membasmi virus tersebut dengan cepat,” katanya lagi berharap.
Sementara Muzakkir Manaf sebagai mantan panglima perang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tentu memiliki taktis gerilya untuk membunuh virus kontraktor nakal. Hal itu dianggap cukup penting dan perlu diterapkan Muzakkir bilamana jaringan kontraktor nakal ini begitu konprehensif dan terstruktur.
“Kami percaya Muzakkir Manaf merupakan putra istimewa Aceh yang tak ingin pembangunan di Tanah Rencong ini digerogoti oleh kontraktor nakal. Karenanya kita semua menunggu ketegasannya, layaknya ketegasan Muzakkir saat di medan perang dulu,” tutup Samsul berharap.