Headlines News :
Home » , » Siti Fadilah Ungkap Pertemuan dengan Hasjmy di Aceh

Siti Fadilah Ungkap Pertemuan dengan Hasjmy di Aceh

Written By News and Fun on Wednesday, 25 April 2012 | 17:43

JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari, menceritakan awal ia bertemu bawahannya, Mulya Hasjmy, di Aceh pascabencana tsunami terjadi di wilayah itu. Mulya Hasjmy saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Nangroe Aceh Darussalam.

Saat pertama kali bertemu, keduanya tidak dalam suasana kerja. Menurutnya, saat itu Hasjmy tengah berada dalam posisi terancam oleh kelompok Gerakan Aceh Merdeka. "Ceritanya pada suatu hari, tsunami. Waktu itu saya menengok bersama Pak Presiden SBY. Kita naik helikopter. Saat itu terbang rendah karena saya mengambil foto dan melihat kalau ada yang terjebak. Ada Kepala Dinas Kesehatan Daerah Aceh yang diseret-seret oleh GAM untuk dibunuh, namanya Mulya Hasjmy. Waktu itu GAM belum baik seperti sekarang," kata Siti di kediamannya di Jakarta Timur, Rabu, (25/4/2012).

Siti mengaku berusaha menolong Hasjmy dari GAM saat itu. Helikopternya pun terbang rendah agar dapat mengalihkan perhatian GAM. "Maka lepaslah dari seret-seretan dan dia bisa lolos. Di situlah dia dipapah orang dan dikenalkan, 'Ini kepala dinas Aceh yang mau dibunuh.' Waktu itu saya tidak tahu namanya siapa, mukanya kotor jadi tidak saya kenali," kata Siti.

Setelah pertemuan itu, Siti mengisahkan, beberapa bulan kemudian Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI meminta agar Hasjmy dipindahkan ke Jakarta. Siti menyetujui permintaan tersebut. "Saya bilang, 'Ya silakan saja dengan cara-cara yang sesuai peraturan.' Sampai kira-kira tahun 2005 itu, saya tidak tahu. Namanya pun lupa, namanya pokoknya kepala dinas Aceh," kata dia.

Saat dipindahkan ke Jakarta, Hasjmy diangkat menjadi Kepala Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Begitu menjabat, ada permintaan dari dua rumah sakit untuk penanggulangan bencana pada Depkes dan harus dia tangani. Hasjmy kemudian diserahi tanggung jawab sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Di situlah ia diminta memegang proyek yang berujung masalah tersebut.

Siti mengaku, sejak Hasjmy datang ke Jakarta tak ada lagi pertemuan dengannya. Hanya pertemuan sepintas yang terjadi di Aceh tersebut. Bahkan saat proyek pengadaan alat kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 dijalankan, Siti mengaku tak berhubungan langsung dengan Hasjmy yang menjadi pejabat pembuat komitmen (PPK).

Oleh karena itu, ia membantah semua tuduhan Hasjmy yang menyebut bahwa ia meminta Hasjmy untuk menerima PT Indofarma sebagai rekanan dalam proyek senilai Rp 15 miliar tersebut. Dalam kasus ini, Hasjmy sudah lebih dulu menjadi terdakwa. Adapun Siti baru dijadikan tersangka oleh Bareskrim Polri dengan dugaan penyalahgunaan wewenang. Akibat kasus itu, negara dirugikan Rp 6,1 miliar.

"Anda perlu ingat, pada tahun 2005, saya dalam keadaan yang sangat sibuknya luar biasa, banyak bencana. Dalam keadaan seperti itu rasanya hampir tidak mungkin melakukan apa yang dituduhkan beliau (Hasjmy)," kata Siti
Share this post :
 
Design By : Nanggroe WEBdev Powered By e-berita.net