Headlines News :
Home » , » Budaya Cemen Mengepung Negeri, Salah Satunya Saat Boy Band (SUJU) Ke Indonesia

Budaya Cemen Mengepung Negeri, Salah Satunya Saat Boy Band (SUJU) Ke Indonesia

Written By News and Fun on Sunday 29 April 2012 | 02:27

  Selain di jajah budaya pop Hollywood dan Bollywood, Indonesia kini juga diserbu Hallyu dari Korea. Film,music, dan artis Korsel membanjiri Indonesia dengan segala ke mudharatannya.So what?
 Apipah (18) hanyalah seorang siswi biasa di SMA Negeri V Tegal. Tapi, remaja Kota “ The Gundul” itu fasih bertutur tentang stair way to heaven. Bukan lagu slow rock legendaris Led Zepelin yang liriknya mengkritik paham Barat itu, melainkan serial melodrama (cemen) korea yang ditayangkan salah satu TV swasta Nasional.
            “ Aku fanatic dengan Korea,setiap hari aku tidak pernah melewatkan drama seri korea di salah satu stasiun tv kita,” celoteh apipah.
            Sebelas-duabelasdenagnnya adalah Noti Hori Marunda (17) SMA Negeri V Tegal ini mengaku “ Aku suka banget dengan Korea ,bahkan bisa dibilang fanatic kali ya.Aku punya banyak banget poster dari korea terutama Bae Yong Jun. dia oke banget.”
            Apipah dan Noti tidak sendiri. Menurut Eka karatika, peneliti tentang dampak budaya pop dari Korea  terhadap pelajar di SMAN V Tegal,serbuan budaya Korea berdampak pada gaya hidup (penampilan), tontonan dan koleksi aksesoris banyak remaja di kota Bahari.
            Sudah jamak di kenal,gaya hidup Korea pada umumnya antara lain: nenggak soju sampai mabuk, makan babi, operasi plastik  dan gampang lebay lalu bunuh diri.
            Menurut laporan Asosiasi Industri  Minuman Keras dan Alkohol  Korea (Kalia) pada akhir 2011, penduduk Korea selatan rata-rata minum  5,8 botol soju perbulan sepanjang tahun 2011, naik sekitar 1 persen di banding tahun sebelumnya.
            Dalam beberapa tahun terakhir, kasus bunuh diri pesohor meningkat di Korea Selatan. Mulai dari mantan presiden Korsel Roh Moo-Hyu, hingga sejumlah artis muda ternama  seperti Woo Seung Yoon (2007), Jang Ja yeon(2009), Kim Jii Hoo ( 2008) Choi Jin Shil (2009), Park  Yong Ha(2010) dan Song Ji Jeon dan Chae Dong Ha (Mei 2011)
            Fenomena tersebut membuat sejumlah media online setempat, seperti TV Report dan Star News, menggalakkan  kampanye pencegahan bunuh diri bertajuk “ Beautiful Korea Living Together”.
            Nah  dampak Gelompbang  Korea yang di contohkan baru di kota kecil. Bagaimana pula di kota-kota besar di Indonesia ? ”Globalisasi budaya pop Korea atau Hallyu berhasil memengaruhi kehidupan masyarakat dunia, terutama kaum muda dalam beberapa waktu terakhir,” simpul Suray Agung Nugroho, Ketua Program Study BahasaKorea Fakultas Ilmu Budaya UGM dalam seminar “ CONTEMPORAY KOREA: Youthful Spirit” di jogja 25 Januari 2011.
            Serbuan Korea Wave dimulai tahun 2002 dengan penayangan drama seri berjudul  “Endless Love” di TV Indosiar. Tayangan yang mengeksploitasi jiwa alay remaja ini, konon memiliki rating tinggi. Maka membanjirlah tayangan serupa di TV swasta lainnya hingga sampai saat ini mencapai 50 judul K-drama.
            Para artis melodrama ini juga berprofesi sebagai penyanyi. Maka, kesuksesan K-drama  diikuti dengan K-pop yang kemudian juga mewabah. Semua remaja histeris saat melihat konser K-pop pertama kali di Indonesia bertajuk “ Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia “ di Jakarta, 4 Juni 2011. Lima artis Korea tampil tampil dalam ajang  Kimchi tersebut yaitu  Band  The Boos , X5, Girls day, Park Jun Min,  dan di akhiri dengan  Super juior (SUJU).
             Mewadahi kaum pelahap Hallyu muncullah “ASian Fans Clup” (AFC).B log Indonesia yang menggambarkan Infotainment selebritas Korea ini didirikan pada awal Agusrus 2009 oleh remaja bernama Santi Ela  Sari.
            Berdasarkan data statistik dari situs pagerank alexa, AFC adalah situs “ Korean Intertainment” terbesar di Indonesia..Pengakses situs ini hamper seluruhnya dari Indonesia. Mayoritas wanita berusia kurang dari 25 tahun , yang mengakses internet dari rumah maupun sekolah,
            Sampai juni 2011, AFC telah di kunjungi hamper 43 juta netter. Artinya AFC setiap harinya di jenguk rata-rata hampir 59 orang.
            Anak-anak muda sangat tahu bagaimana artis dan penyanyi kore, seperti Shi Min Chul, super junior  Park Jung Min, The Boos,Girls generation, X5, N-sonic. Penampilan mereka di panggung membuat histeris anak-anak muda.
            Para fans Hallyu pun mencontek para penampilan  artis Negeri Gingseng yang imu, putih mulus seperti porselen, wajah di poles cerah, rambut diikat ekor kuda dengan ujung bergelombang, pakai stocking dipadu dengan sepatu ceper, rok, blus atau jas selutut, ini untuk yang perempuan.Yang pria , biasa karakter dingin, tak acuh, dengan style korea seperti di serial melodrama mereka.
            Bermunculan pula film-film  dan band-band me-too alias peniru Hallyu, seperti film  hello goodbye. Film produksi falcon pictures ini dibintangi Atiqoh Hasiolan,Rio dewanto,dikolaborasi demgan Eru,penyanyi Korea. Film imi mengambil lokasi di Busan, Korea selatan.
            Sedang Boysband dan girlsband local pengekor misalnya, Princessu, Cherrybelle, 7icon, super9boyz,Fme, 6 Stars, dan soulmate. Tak ketinggalan pula Ayu Rosmalina. Pedangdut ini menyulap namanya menjadi Ayu Ting-Ting dengan penampilan ala Artis Korea . Dia pun menyebut music-nya Korean-Dut.
            Herbert J Gans dalam popular culture  and high culture : analysis and evaluation of taste menyebut beberapa identitasbudaya populer : berorientasi pro? Mendangkalkan nalar, mengundang kesenangan sesaat dan akhrnya mendorong totaliterisme dengan mengondisikan public(penonton, audiens, khalayak dan pembaca) yang pasif.
            Menurut Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Robert, wabah Hallyu sama dan sebangun  dengan globalisasi produk budaya industry kapitalistik lainnya, seperti McDonald dan Coca-Cola dari Amerika, Aktor jepang matsuke deluxe,dalam sebuah dialog di Nakayoshi Televi pada 5 Januari 2011, K-pop hanyalah imitasi buruk dari music Amerika.
            Seminar “American Populer Culture in Hemispheric and Global Mind” di Fakultas budaya UGM, akhir Februari lalu menyimpulkan, budaya asing terutama dari Amerika Serikat, berpengaruh besar terhadap pembentukan perilaku masyarakat kota jogja, pengaruh  tersebut bisa terlihat dari makanan,alat elektronik, pakaian dan gaya hidup,
            Dampak negative itulah yang di khawatirkan  MUI(majelis ulama Indonesia) ddngan rencana konser Lady Gaga bertajuk “ the born this way ball”. Lady Gaga salah satu icon budaya pop terkini.
            Saat penjualan tiket Lady Gaga mulai di buka di plaza FX Jakarta, Sabtu,10 Maret 2012 lalu, ratusan remaj dari berbagai daerah tumpahruah menyerbu. Banyajk diantara mereka yang rela antre berjam-jam sebelumnya, dan hanya dalam beberapa jam saja, tiket berharga antara Rp 600 ribu sampai 2 jutaan selembar ludes terjual.
            Maret lalu ketua MUI bidang budaya  KH Kholil Ridwan, menyatakan haram  bagi kaum muslimin menonton konser Lady Gaga di Jakarta pada 3 juni 2012 nanti  
            Pasalnya, selain memasarkan pornoaksi, penyanyi bernama Stefani Joanne  Angelina Germanotta itu juga mengusung symbol-simbol illuminati dari Zionisme
            Namun,seruan MUI malah dicemooh kalangan praktisi dan konsumen budaya pop. Bahkan pengamat music Denny Sakrie Curiga, jangan-jangan MUI dibayar promotor konser Lady Gaga. “Gue curiganya,promotornya yang bayar MUI untuk menonton (konser). Biar rame aja ,” ujarnya seraya tertawa, seperti di kutip kapanlagi.com (21/3).
            Menurut mantan penyanyi rock, Hary Moekti, budaya jahiliyah seperi bydaya pop barat (Hollywood) maupun timur  (Bollywood dan Hallyu), tidak bisa dilawan dengan hanya fatwa haram.
            “ budaya pop ini kan produk ideologi kapitalisme yang di globalkan oleh Negara-negara barat. Untuk melawannya ya harus dengan kekuatan Negara yang menerapkan ideology islam. Penguasa daulah islam inilah yang akan melindungi  umat islam dari serbuan budaya jahiliyah  dengan berbagai cara,” tutur penyanyi yang kini jadi pendakwah itu.
Share this post :
 
Design By : Nanggroe WEBdev Powered By e-berita.net